PEMBINAAN GURU NGAJI DAN MODEN PERAWAT JENAZAH KELURAHAN TLOGOWARU

Dalam pengertian kehidupan masyarakat, guru ngaji adalah seseorang yang atas kesadaran tinggi dan panggilan suci bersedia mewakafkan diri menjadi seorang guru Alquran. Pada awalnya, guru ngaji adalah seseorang yang secara spesifik membimbing ”bagaimana membaca Alquran yang benar”. Namun, pada kenyataanya, guru ngaji tidak sekedar itu, tetapi juga membimbing insan yang belajar (santri semua usia) untuk mengerti apa saja mengenai urusan agama Islam, dari mulai cara shalat hingga merawat jenazah.

Dalam perkembangannya, masyarakat juga menjadikan guru ngaji menjadi sosok yang diharapkan mampu memberikan alternatif dan jalan keluar dalam berbagai persoalan masyarakat (problem solver). Pendidikan untuk mencetak anak menjadi ”pembaca Alquran yang mahir serta berakhlak mulia” bertumpu pada pundak guru ngaji.

Pada awal 1990-an, performa guru ngaji berubah menjadi guru ngaji yang memiliki perencanaan yang sangat baik. Ini sebagaimana umumnya manajemen yang sudah kita kenal dan lebih terorganisasi dengan baik meskipun peran dan tanggung jawab guru Alquran tidak berubah seperti dahulu.

Melihat realitas kehidupan ini, sesungguhnya guru ngaji akhirnya adalah agen perubahan bagi masyarakat. Setiap orang yang ingin dirinya atau putra-putrinya mampu membaca Alquran dan berakhlak mulia, maka ”guru ngaji-lah yang akan bertandang” mengerjakan kewajiban tersebut. Tidak jarang orang tua murid yang mengatakan kepada guru ngaji, ”Ustad, mohon dibimbing anak saya ini. Saya ingin dia menjadi anak saleh, jangan seperti saya tidak bisa membaca Alquran”. Jadi, hampir pasti tidak satu pun orang tua kecuali menghendaki agar anak keturunannya menjadi anak yang baik dan larinya kepada guru ngaji.

Peran sentral guru ngaji ini semakin lama semakin diperlukan seiring era dan perkembangan zaman. Dalam suatu penelitian pada 1980 yang dilakukan Departemen Agama RI (sekarang Kemenag) dinyatakan bahwa turun dan naiknya kualitas spiritual dan mengaji Alquran di negeri ini ada di tangan guru ngaji. Kondisi tersebut hingga sekarang masih sama.

Pada era dan zaman apa pun, guru ngaji berperan seperti itu. Kalaupun kemasan dan istilahnya berubah, esensinya tetap sama. Melihat posisi peran yang sedemikian penting, kita tidak bisa diam. Kita harus berbuat bagaimana menyiapkan guru ngaji yang memadai untuk realitas kebutuhan masyarakat  tersebut.

Kelurahan Tlogowaru Mengadakan Pembinaan Guru Ngaji dan Moden Perawat Jenazah di Pendopo Kelurahan

Dihadiri sekitar 56 peserta, acara yang merupakan bagian dari sub kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan tersebut dibuka oleh Sekretaris Lurah Tlogowaru Meselan SH. M.AP

Dalam sambutannya, Sekretaris Lurah  menyampaikan terima kasih kepada seluruh Guru Ngaji dan Sekolah Minggu yang telah mengabdikan dirinya mendidik generasi muda yang haus akan ilmu dengan berbagai pendidikan keagamaan dan moral tak lupa penghargaan setinggi-tingginya kepada Moden Perawat Jenazah

Narasumber pembinaan  adalah H. Isnan Alami, S.Ag Analis Kebijakan Ahli Muda Bagian Kesra dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kota Malang.

Isnan memberikan berbagai motivasi kepada guru-guru ngaji dan sekolah Minggu yang hadir. Menurutnya pendidikan agama menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Malang. Oleh karena itu para guru ngaji dan sekolah Minggu diberikan honorarium atau insentif setiap bulan.

Walaupun nilai insentif yang diberikan oleh Pemerintah Kota Malang tidak sebanding dengan sumbangsih para guru ngaji, namun setidaknya dapat meningkatkan semangat dan kompetensi guru ngaji dan sekolah Minggu.

Disampaikan Isnan, guru ngaji dan sekolah Minggu seharusnya terus meningkatkan kompetensi dan wawasannya agar dalam menyampaikan pendidikan spiritual senantiasa dapat mengikuti perkembangan zaman.

Selain itu sebagai bentuk akuntabilitas atas kinerja guru ngaji dan sekolah Minggu, diharapkan mereka dapat menyampaikan laporan kegiatan mereka secara berkala selama mengabdi.

Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kel. Herlinda menyebutkan bahwa jumlah guru ngaji dan sekolah Minggu di wilayah Kelurahan Tlogowaru yang menerima insentif Tahun 2022 berjumlah 106 orang.

Pewarta : Gitosuhar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *